Sunday, December 19, 2010

Antum jual, Ana beli, siapa yang lebih diutamakan?

Jumat, 29 Oktober 2010 - Setelah Shalat Jum'at @ Sekre GAMUS

Hari ini rencananya saya maw menjual HP Nokia 6110 yg baru saya beli sekitar Agustus Lalu, kenapa? Yah, kepepet..haha. Saya memutar otak gimana caranya bertahan selama 1 minggu hanya dengan uang 3 rb di tangan plus 5 rb di rekening (kasian amat loe bang.. O_O) insya Allah rejeki udah ad yg ngatur, gitu aja yg saya pegang...asek... :)

Oke, jadi begini ceritanya:

Sehari sebelumnya saya sempat bincang2 dengan Kang Adi, presiden GAMUS periode 2010-2011, dan saya iseng menawarkan HP saya ini seharga 250 Rb (mahal amat?? "ah biarin, belinya juga 300rb :P)
Tanpa diduga, ternyata beliau juga sedang berencana membelikan HP untuk adiknya, gayung pun bersambut, penawaran dibuka..

Kang Adi: itu dijual bal?
Saya: iya kang.. mau?
Kang Adi: Brapa tuh?
Saya: Nih, lihat dlu aja kang klo mau... (sambil menyodorkan HP itu kepada beliau)
Kang Adi: Tapi nanti aja, saya tanya dlu ya...
Saya: oke...

Oke, besoknya sya kembali lagi sambil melengkapi semuanya, Kardus, Charger, dan headsetnya, plus nota pembelian pertama..

Kembali saya tnya kang adi,
Saya: "Gimana kang?"
Kang Adi: "Brapa bal? iya nih maw blikan adik.."
Saya: "250 dh kang, masih bagus nih.."
Kang Adi: "Wduh, 150 dh.."
Saya: "Hmm... 200?"
Kang Adi: "125 deh, kalo jadi, boleh deh sama saya.. ok?"
Saya: "Wah.... *mkir2.."
Kang Adi: "Udah pkir2 dlu.."
Saya: "Iya kang.. nanti sya coba ke BEC dlu.."
Kang Adi: "Boleh.."

Akhirnya jadilah saya pergi ke BEC untuk mengecek harga, niatnya sih cuman ngecek harga, tapi kemudian
 akhirnya saya malah lebih dari yg direncanakan.
Sebelumnya saya sempat berjanji apabila HP ini terjual, saya akan puasa selama 1 minggu..

"Ya Allah, saya bernazar jika HP ini terjual, saya akan puasa 1 minggu berurut-turut"

Ups, saya lupa menyebutkan berapa nominalnya... Ga cuma terjual, tpi dalam hati saya juga berharap dapat harga tinggi.
hmm. ya sudahlah, semoga Allah memberikan yg terbaik, dasar, maunya aja... hehe

Sampai di lantai 2, lokasi pusat handphone dan aksesoris, saya segera berkeliling mencari kios yang cocok untuk saya datangi. Di dalam pasar monopolistik seperti ini, semua penjual terlihat sama, mau kios manapun yg dikunjungi sama saja, tetapi kenapa saya masih sulit menemukan kios yg "cocok" dengan hati saya.

Setelah beberapa saat berkeliling-kelling ga jelas, sambil sesekali menjauh dari "pengaruh" si penjaga toko, akhirnya saya tiba di suatu kios di lantai 1.
"Ah, disini aja, kayaknya bakal dibeli tinggi", pikir saya setelah melihat banner yang dipasang di toko itu,
HP DIBELI
HARGA TINGGI.
DIjamin lebih Tinggi dari yang lain
-Dasar, kenapa kemakan juga, udah tahu namanya iklan pasti begitu..  haha
mampirlah saya ke kios tersebut dan menawarkan HP yang saya bawa.

Saya: "Mbak, mau jual HP"
Penjual: "Oh, boleh.. bawa barangnya?"
Saya: "Iya, sebentar"
Saya mengeluarkan seperangkat HP lengkap dengan kotak kardus beserta buku-buku manualnya, dan mulai bernegosisasi.
Penjual: "Tipe berapa?"
Saya: "Nokia 6110.. masih bagus, baru 2 bulan"
Penjual: "Coba saya lihat."
Saya menunjukkan HP itu, dan si penjual mengeceknya.
Saya: "Kalo 200 bisa?"
Si penjual masih ngecek
Penjual: "125 mas ya, kita jualnya juga 225.."
Sepertinya jauh dari yg saya perkirakan, memang sebelumnya saya browsing di google, harga second sekitar segitu.. tapi saya lupa, klo itu harga jual dari toko, namanya toko pasti pingin beli murah... bodohnya saya ini...
Saya: "Kalo 150? Masih bagus lo teh, masih lengkap semua."
Penjual: "Aduh maaf ya mas ya, bisanya segitu."
Hati saya berontak, pikiran saya mengisyaratkan untuk mencoba pergi ke tempat lain, tapi tubuh saya seakan tidak sepakat dan tetap duduk terpaku di atas kursi.
Saya menimang-nimang, sambil melihat-lihat HP yang dipajang di etalase, diskusi sengit pun terjadi

"Ngapain lo, sok bengong, udah pergi ke tempat lain aja!" - Sesuatu membisiki saya-
"Udah, gapapa ambil aja, lo kan butuh duit, dripada ga dapet?" -Bisik yang lain-

Satu sisi saya sepakat dengan bisikan pertama, terlebih lagi ketika ingat kebiasaan buruk saya, kalo sudah fokus dengan satu tempat, sepertinya ga akan pernah ke tempat lain, udah itu aja... hingga akhirnya nyesal, karena tahu ada yg lebih baik.
Tetapi, kata si bisikan kedua juga tidak bisa dihiraukan bgt saja, apalagi bulan depan belum tentu dapet kiriman.

Okelah, bismillah. Saya putuskan, saya jual.

Saya:"Ya sudah mbak, boleh. Berapa? 125 ya?"
Penjual: "Iya.. saya cek lagi ya."
Saya: "Iya.."
Si penjual mengecek semuanya, mulai HP, charger, earphone, dan kardusnya.
Sesuatu yg tidak diharapkan terjadi. Harga yg ditawarkan tadi akhirnya harus turun, gara-gara si penjual tahu bahwa charger itu bukan charger aslinya.
Astaghfirullah... saya lupa, karena charger aslinya hilang, jadi saya beli charger bekas di dekat kampus. Alangkah malunya saya..

Penjual: "Mas, ini chargernya ketuker ya? tuh, ada labelnya, berarti bukan aslinya."

Si penjual menunjuk pada label garansi yg ada di charger tersebut.
Saya: "Oh, iya mungkin" (pura-pura ga tahu.. hehe)
Penjual: "Yah, mas, klo gini paling 120 rb.. karena chargernya ga asli."

Saya sedikit kecewa, dan menyesal dalam hati. Tapi ya sudahlah, itu juga salah saya..
'Kenapa ga dicopot aja yah tuh label?? lupa....' gerutu saya..
Ya Allah, ampuni hamba yg kurang bersyukur ini..

Alhamdulillah, akhirnya saya jadi menjual HP itu dengan harga 120 rb kemudian pulang.
Wah berarti besok harus mulai puasa dong? iya.....

Sepulang dari BEC, besoknya saya ketemu lagi dengan Kang Adi di Sekre GAMUS kampus Gerlong, saya menceritakan bahwa HP itu sudah terjual.

Saya: "Kang, punten HP nya jadi di BEC"
Kang Adi: (dengan muka sedikit kecewa) "YAh, bal... antum mah......"
Saya: "Iya kang, saya juga ga enak, gimana lagi kang..."
Kang Adi: "Coba kemarin jadi aja, 150 saya mau deh... yah.." (sambil mengayunkan tangan ke bawah)
Saya: (mencoba menghibur) "Ya udah kang, gpp, siapa tahu dapet yg lebih baik.. maaf kang"
Kang Adi: (sudah mulai tenang) "Iya, mungkin itu juga rejeki antum.."

Saya masih menyimpan sedikit rasa kecewa, karena menyesal lebih memilih materi daripada relasi. Sebelumnya, saya sempat menimbang, alangkah lebih baik kalo saya berikan itu kepada Kang Adi, ada timbal balik karena rasa persaudaraan yg lebih kuat, dripada sekedar uang yg didapat.

Jadi, kesimpulannya:
1. Pertimbangkan dengan matang apabila ingin menjual HP, klo tidak benar2 perlu, lebih baik dimanfaatkan dan cari jalan lain untuk mendapatkan uang (yang halal).
2. Periksa kelengkapan, bersikap jujurlah klo memang tidak lengkap
3. Jangan lupa mencopot label2 yg ada, sayang klo harganya turun (hehhe...) *jangan diikutin
3. Utamakan menjual kpda org yg butuh, berikan kepada teman dekat, saudara, keluarga apabila memang membutuhkan. Karena ada nilai persaudaraan disana, dan insya Allah kita jadi lebih ridha.

sekian, Wassalamualaikum Wr. Wb.

Popular Posts